Sadar-Indah-Sakit

Hari ini aku membaca sebuah blog. Sudah lama rasanya tidak membaca blog ini. Karena aku sadar, bahwa ada rasa kasihan yang timbul disela-sela pembacaan pada blog tersebut.

***

Laki-laki ini bernama Jila(nama samaran) dia seorang mahasiswa jurusan IT disalah satu universitas ternama di Jakarta. Tak ada yang spesial memang dengan itu semua. Tapi yang spesial adalah hatinya yang begitu tulus dan indah dalam mencintai seorang wanita selama awal masa perkuliahannya hingga kini.

Hampir 6 tahun sudah dia mengejar Andria. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan kecil Andria yang merantau diJakarta. Memenuhi kehausan Andria akan petualangan dan tentu saja bidang IT.

Mungkin banyak yang mengagumi Andria sebagai sosok wanita cerdas yang memiliki banyak aktivitas, ilmu dan teman. Tapi Jila bukan mengagumi Andria dari sudut itu, Jila mengaguminya dari sudut mata Andria. Dari cara Andria memotongkan steak padanya, dari cara Andria mengirimkan sms padanya.  Itu saja sudah cukup.

Jila tahu betapa banyak lelaki yang mengejar-ngejar Andria, dia tau mungkin dia tak masuk hitungan. Tapi Jila tetap pendirian, dia takkan mundur sebelum dia tahu perasaan Andria.

Tak mungkinlah baginya bahwa Andria tidak juga mencintainya. Karena banyak waktu yang berhasil ia sumbangkan untuk Jila hanya untuk berjalan-jalan dikebun binatang maupun ditempat wisata lainnya. Jila juga merasa Andria menikmati setiap perjalanan mereka.

“Buktinya, dia seneng selama perjalanan, silahkan lihat hasil jepretan2ku yang rata-rata berisikan fotonya yang narsis. Its means she enyoy it, right??”

Tapi sepanjang ini, Jila selalu terbentur dengan tingkah laku Andria yang mulai aneh. Andria mulai menikmati perjalanannya pula dengan banyak pria lainnya. Sehingga Jila merasa cemburu dan juga curiga, apakah Andria tulus padanya selama ini?Jila sampai ke titik dimana ia merasa bahwa Andria ternyata memang suka dengan potensinya yang dapat mengundang banyak penggemar. Sehingga Andria dapat saja memberikan harapan-harapan palsu dengan lebih dari 2 lelaki.

Jila merasa sosok itu berubah, apalagi ketika Jila tau bahwa ada sesosok pria yang sedang menyukai Andria dan pria ini “sudah ada yang punya”. JIla sudah mengingatkan, membantu Andria sadar bahwa akan banyak hati yang akan terluka.

Andria tetap tak menggubris.

Jila berlari keras dari Andria yang sudah tidak dikenalinya dulu. Musnahlah kenangan indah saat Andria mengorbankan sapu tangannya ketika Jila terkena flu, Andria yang dengan tenang mengajarkan Jila banyak hal mengenai IT dan banyak lagi.

***

Bertahun-tahun setelah hari itu. Jila kembali merasa rindu teramat, ia memutuskan untuk mengejar Andria kembali terutama ketika ia tau Andria sudah beberapa kali putus dengan pacar-pacarnya. Bagi Jila, ini berarti bahwa Jila juga punya kesempatan yang sama dengan pria-pria tersebut.

Jila bertekad mengatakannya, mengungkapkannya sampai akar-akarnya. Namun kesempatan itu tak jua datang. Sms untuk Andria “Disini hujan, disana hujan gak?” saja tidak berbalas.

Beberapa kali Jila harus berlanggangan dengan fb dan twitter Andria untuk tahu kabar terbaru tentang Andria. Hingga ada kesempatan Jila untuk mengungkapkan semuanya walaupun tak ada tanggapan dari Andria.

Jila terus berusaha hingga ia nekat untuk menghampiri Andria di kost-annya. Jila tahu Andria “sudah ada yang punya” tapi bagi Jila, satu-satunya cara mendapatkan Andria adalah dengan nekat dan berusaha lebih keras.

Tapi bukan hasil yang ia dapat, Andria malah kabur dengan cwoknya begitu tau Jila akan datang.

Jila sakit, cemburu dan kecewa. Tapi tekadnya tak kenal rasa itu. Tekadnya masih bulat hingga kini. Sebelum ia benar-benar mendapatkan Andria, dia takkan berhenti. Dia masih merasa ada harapan bahkan ketika Andria hanya menyebut panggilan sayangnya pada Jila. Bagi Jila itu berarti Andria masih menyimpannya disudut spesial dihatinya____walau entah dimana..

***

Jila menghibur diri dengan terus saja menuliskan di blognya. Tak peduli banyak yang menyebutnya cengeng. Karena dia terus saja mencoba berfikir logis dan tiba-tiba melankolis kembali. APA YANG SALAH!!!

Apa yang salah dengan perasaannya, tekadnya dan sisi melankolisnya?

Lalu siapa yang salah, diakah? Andria kah? atau nasibkah?

***