Aromes


Aromes salah satu anak papua yang membuat saya menangis baru-baru ini. Dia tidak lebih istimewa daripada anak papua lainnya yang saya temukan di kampus tempat saya bekerja. Kulitnya legam, berambut kriwil dan tak ada beda dengan anak papua kebanyakan.

Namun, saya baru sadar kalau anak ini buta huruf.

Awal pertemuan saya dengan Aromes Wenda, adalah awal yang tidak saya duga membuat saya terharu. Saya tidak pernah mengenal anak ini sebelumnya, kecuali ketika salah satu teman saya menjadikan Aromes sebagai bahan ledekan diantara kami jika salah satu dari kami sedang “tulalit”. contoh jika saya sedang tulalit teman saya itu akan berkata “kamu lagi kena virus aromes yah? wkwkkw”

Pada saat itu saya tidak tahu bagaimana rupa anak ini.

Sampai suatu ketika saya membantunya berlatih untuk ujian TIK “membuat presentasi menganai Serpong”. Saya masih menganggap anak ini sama tingkat kecerdasannya dengan yang lain. Bahwa ia dapat paham mengenai task pane (baca : taks pane’), layouts (baca : lay outs) dan master pages (baca : mas-ter page’s) sama dengan lainnya. Ternyata pada saat waktu latihan selesai, teman saya meminta saya memisahkan aromes dari teman-temannya untuk duduk dibangku paling belakang dalam lab tempat ujian berlangsung.

Aromes sempat curiga dengan perlakuan tersebut (yang ternyata sering dilakukan ketika ia akan ujian) entah merasa terasing atau tidak dia hanya merenggut marah.

Teman saya tersebut meminta saya mendampingi aromes dan akhirnya memberi tahu saya bahwa aromes adalah seorang “buta huruf”. Saya terdiam tidak percaya awalnya, karena Aromes berhasil membuat 4 slide (dari 6 slide) pada saat latihan dengan lancar (tanpa hyperlink, tanpa animasi).

FYI kampus tempat saya bekerja memang menampung anak-anak Papua, mentawai dan Kupang dengan latar belakang apapun untuk dididik dengan tujuan mencerdaskan anak-anak daerah untuk memajukan pendidikan dan taraf anak bangsa Indonesia. sehingga kurikulum, cara ajar hingga perlakuan terhadap mereka agak lebih luar biasa dibandingka anak-anak Jakarta kebanyakan.

Jadi, kalian bisa membayangkan bagaimana lebih luar biasanya Aromes kan?

Lalu teman saya meminta Aromes untuk bermain games “tuts typing” yaitu games untuk melancarkan pengetikan pada anak menggunakan keyboard.

Tanpa saya duga, Aromes memberontak. Ia tidak ingin diperlakukan beda dia lalu berkata “Tidak bisa! kenapa saya beda dengan teman-teman saya??!! tidak mau itu saya, itu tidak boleh! teman saya buat slide, saya juga buat slide” dia langsung mematikan laptop yang masih memproses games.

Lalu dia lanjut bicara pada saya ” saya tidak mau main game ibu guru! ibu guru sudah ajarkan saya itu membuat slide! kenapa saya tidak boleh ujian slide???!!!”

saya takjub dan terharu,,,saya tidak pernah menduga jawabannya akan menjadi seperti itu. Dalam detik itu saya merasa berarti buat dia, saya merasa berguna.Terutama ketika ia menghidupkan kembali laptop tersebut dan membuka presentation

Lihat keseriusan aromes dalam mengeja
Aromes !!! semangat!!! (kata-kata yang muncul dari saya)
lihat betapa seriusnya Aromes

Lalu dengan semangat yang tinggi, saya mendampingi dia, membantu ia membaca satau-satu huruf yang tertera dikertas soal dan membantunya mengeja huruf itu satu persatu.Β  Aromes mengetik dengan tangan yang gemetar, ia takut salah mengetik, tapi saya semakin ingin membantunya untuk terus berjuang lihatlah tangannnya berikut

Tangan mungil Aromes

Dan Aromes berhasil membuat 5 slide presentation. Namun waktu ujian telah habis. Aromes tampak murung. Saya memberi pengertian bahwa dia sudah berhasil untuk menyelesaikan ujian.

Tapi lagi-lagi Aromes tidak puas dan semakin semangat ingin menyelesaikan soal presentasinya. Dia marah pada saya ketika saya bilang waktu habis. Dan akhirnya saya menyerah, saya memberikannya waktu lagi untuk memperbaiki slidenya. Tapi yang perlu dia tahu, saya sangat mencintai semangatnya untuk belajar…saya tidak tahu perkembangan ia sampai disana karena saya harus segera pulang. Mudah-mudahan Aromes ingat cara menyimpan slide-slidenya.. πŸ™‚ karena saya membantunya menyimpan slide hanya pada slide keempat.

note : sepanjang saya mengambil foto-foto tersebut, Aromes bertanya pada saya “bu guru mengapa bu guru foto saya, itu?” lalu saya menjawab “karena kamu ganteng dan pintar, nak” lalu Aromes tersipu dan tersenyum lalu melanjutkan ujiannya kembali dengan serius πŸ™‚

9 thoughts on “Aromes”

  1. cerita yang sangat hebat,,, sungguh sungguh super…aku pengen bisa terus dapet share tentang ini… aktivitas mu yang selalu mengundang kagum dan menjadi “cambuk” untuk diri sendiri supaya lebih bersegera mengintrospeksi diri… hebat va… cerita yang sangat hebat… masukkan lah ke kompasiana.. ato kompas.. ceritamu sungguh menginspirasi

  2. hehehee.. niceee share va.. selamatt yahh titihann jalan menuju mimpi2 va semakin menjadi nyata..

    selamat menikmati setiap kontribusi va untuk sesama πŸ™‚

    keep do the best all you can.. πŸ™‚

    *usulnya wiwid boleh juga tuh, va bikin blog di kompasiana.. khusus tulisan yg bertema pendidikan dan konserfasi alam mungkin.. πŸ™‚

Leave a reply to grayrose Cancel reply